RSS

Monthly Archives: May 2013

Untuk Adik Perempuanku

Duhai adikku..

Malam ini aku kembali membaca berita yang sangat menyesakkan. Sekitar 62 % remaja di Indonesia sudah tidak perawan. Bahkan, sepertiganya sudah melakukan praktik aborsi. Mencengangkan, bukan? Aku tak habis pikir, bagaimana bisa usia yang seharusnya mulai digunakan untuk mengembangkan diri justru digunakan untuk hal-hal seperti itu? Sebagai bagian dari pencarian jati dirikah? Entahlah.

Tahukah, adikku? Aku lebih berbangga memiliki adik tipe rumahan. Yang enggan keluar rumah hanya untuk nongkrong disana-sini atau menghabiskan sesuka hati uang orang tua yang didapat dengan penuh jerih payah. Jadilah wanita yang pandai menempatkan diri..

Aku ingin kamu menjadi istimewa.. Tidak berboncengan dengan teman lelaki kesana-kemari, ber-SMS-an ria dengan mereka sambil tersenyum-senyum sendiri, dan mau bergandengan tangan yang sebenarnya lebih buruk dari ditusuk jarum besi. Aku paham benar di usia sepertimu ini, godaan untuk memiliki kekasih hati amatlah menguji kesabaran diri. Namun, jika suatu saat ada yang memintamu menjadi “teman dekat” dan kamu tak sanggup menolak, izinkan aku untuk menjadi yang pertama menemuinya. Untuk melindungimu. Aku tak akan rela membiarkanmu seperti remaja pada umumnya. Apapun statusnya, entah pacar, TTM, HTS (Hubungan Tanpa Status), atau apalah..aku tidak akan pernah rela. Ini bukan hanya tentang gaya hidup. Ini tentang prinsip yang harus kita genggam dengan erat.

Duhai adikku…

Aku ingin kamu tetap teristimewa.. Pertahankan jilbabmu meski godaan untuk berdandan cantik begitu dahsyatnya. Kita ini amat berharga. Barang berharga harus dibungkus dengan rapi, bukan? Bayangkan dua potong kue, yang satu terbungkus dengan rapi, dan yang lainnya terbuka serta dapat dicicipi oleh banyak orang. Tentu kita akan membeli yang masih terbungkus, bukan? Orang istimewa akan memilih yang juga istimewa untuk dirinya..

Tetap pertahankan jilbabmu meskipun mungkin kamu akan kehilangan beberapa kesempatan untuk mengikuti sesuatu. Imanmu tidak boleh digadaikan dengan apapun. Jilbab bukan sekadar simbol agama. Ini salah satu upaya untuk taat pada Rabb kita..

Duhai adikku..

Menjalankan hal yang benar bukan berarti kampungan. Biarlah orang berkata apa saja karena nyatanya kini lebih banyak yang memaklumi kesalahan dan mencurigai kebenaran. Kini, masyarakat yang sangat membenci poligami berdiam diri ketika banyak yang menikah karena “kehamilan dini”. Mencurigai wanita yang berjilbab lebar, namun tidak berkomentar pada mereka yang auratnya terumbar. Dan, masih banyak lagi nampaknya..

Terakhir, bersahabatlah dengan teman-teman yang banyak mengajak pada kebenaran. Namun, tetaplah juga bergaul dengan yang lain untuk kamu ajak menuju kebenaran pula. Semoga kita dapat ramai-ramai berkumpul dalam jannah-Nya..

Duhai adikku..

Aku menulis ini bukan karena aku sudah jadi teladan. Ini juga menjadi pengingat bagi diri sendiri yang masih menumpuk kesalahan. Semoga pesan di dalamnya dapat tersampaikan dan tersebarkan..

 

14052013

Gambar

 
2 Comments

Posted by on May 14, 2013 in Uncategorized

 

Menjadi Pembeda dalam Pergaulan Masa Kini

 

Pernah saya ketahui beberapa aktivis dakwah menjadi seperti public enemy di lingkungannya. Ia menjadi bahan perbincangan, tidak diharapkan keberadaannya, dan pendapatnya dianggap berlalu begitu saja.

Sebaliknya, ada pula aktivis dakwah yang diterima lingkungannya, sering dimintai pendapat, dijadikan teman curhat, serta diharapkan keberadaannya hingga sering dibujuk untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang tidak ingin ia ikuti.

Bagaimana kondisi berlawanan ini dapat terjadi? Manakah yang kita harapkan terjadi pada diri kita? Semua pasti akan memilih berada di kondisi kedua. Belajar dari pengalaman dan pengamatan, saya rasa kondisi kedua terjadi karena beberapa hal.

Pertama, kita sebagai aktivis dakwah perlu membaur dengan lingkungan. Membaur tanpa melebur. Misalnya saja ketika kita melihat teman-teman kita sedang asyik memperbincangkan sesuatu, kita dapat ikut mendengarkannya. Biasanya, dengan begitu, mereka akan menjaga perbincangan sehingga masih berada dalam koridor wajar. Yang lebih penting, mereka dapat juga meminta pendapat kita tentang apa yang mereka perbincangkan dan mereka keluhkan. Di situlah kita dapat memberi pendapat dan nasihat yang bernilai Islami serta berdiskusi tanpa menggurui.

Teman-teman kita itu bukan orang yang harus kita hindari agar kita tidak terwarnai oleh mereka. Mereka mungkin hanya belum tahu tentang ‘bagaimana sebaiknya’ dan ‘bagaimana seharusnya’. Contohnya, ternyata ada yang baru mengetahui bahwa jilbab itu wajib dan pacaran itu tidak diperbolehkan. Dengan nasihat yang kita kemukakan, bukan berarti teman kita akan selalu berubah saat itu juga. Kita tidak tahu. Mungkin saja perkataan kita baru akan kembali terngiang oleh mereka esok hari, sebulan lagi, setahun lagi, sepuluh tahun lagi, atau lebih lama dari itu. Bisa jadi, Allah membuka hatinya melalui nasihat yang kita sampaikan.

Ketika memberi pendapat dan berdiskusi, jangan sampai kita merasa lebih baik dan lebih pintar dari teman-teman kita. Bisa jadi, mereka lebih tahu ilmu dan solusi akan suatu hal dibandingkan diri kita. Dan lagi, ketika kita tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan, jangan sampai kita dengan gamblangnya mengatakan ‘itu salah’, ‘itu dosa’, atau semacamnya. Adakalanya seseorang justru akan bersikap defensif ketika ia merasa digurui, disalahkan, dan dipojokkan. Jadikanlah mereka sahabat yang ingin kita rangkul dan tunjukkan bahwa kita menasihati karena kita peduli pada mereka.

Hal kedua yang bisa kita lakukan adalah ikut bepartisipasi dalam kegiatan bersama yang masih sesuai dengan prinsip kita. Ketika sedang bersama mereka, sebaiknya kita gunakan untuk mengakrabkan diri dengan mereka. Namun, tetap perhatikan batasan bila berinteraksi dengan lawan jenis. Ketika teman-teman kita sudah nyaman dengan keberadaan kita, kita bisa selingi nasihat-nasihat dalam setiap perbincangan dan candaan. Namun, bila kita tidak dapat ikut dalam kegiatan mereka dengan alasan prinsip, kemukakan alasan tersebut dengan cara yang ahsan sehingga mereka bisa memahami tanpa tersinggung. Kita bisa juga tawarkan kegiatan lain yang kita bisa ikut di dalamnya. Misalnya untuk akhwat, ajak teman-teman kita untuk memasak bersama. Ketika beristirahat, gunakan waktu itu untuk berdiskusi tentang topik-topik segar yang tentu saja sambil menyertakan nilai-nilai Islam di dalamnya. Untuk para ikhwan, mungkin bisa mengajak teman-temannya menonton bola (yang seringnya berlangsung di malam hari). Saat sepertiga malam terakhir, ajak mereka untuk sholat tahajjud. Setelah itu, dilanjut dengan sholat Subuh berjamaah.

Ketiga, berikan teladan yang baik. Sebagai aktivis dakwah, apalagi dengan cara berpenampilan yang berbeda dengan orang kebanyakan, kita akan mendapat sorotan lebih. Sebagai teladan, atau malah justru sebagai pembenaran. Berikan teladan dari hal-hal yang nampak sederhana. Misalnya ketika akan memulai perkuliahan, seringnya tidak diawali dengan doa bersama. Maka, kita harus memulai dari diri kita sendiri. Mungkin saja ketika melihat kita berdoa, teman-teman kita akan mengikutinya. Jika hal itu terjadi berulang kali, maka akan terbentuk kebiasaan dalam diri kita dan mereka untuk selalu mengingat Allah dalam segala aktivitas.

Keempat, berusahalah untuk terlihat menonjol dalam bidang yang kita kuasai. Kita bisa berusaha untuk menonjol dalam akademis, olahraga, seni, atau lainnya. Kita harus membuktikan bahwa aktivis dakwah itu hebat. Bukan untuk menyombongkan diri, melainkan untuk menginspirasi lingkungan sekitar kita. Kita tidak boleh terlihat lemah. Bukankah kita sendiri banyak terinspirasi dari pribadi yang hebat seperti Rasulullah?

Terakhir, gunakan media sosial untuk menyampaikan kebaikan. Tidak harus selalu dengan tulisan yang ‘menampar’, tapi bisa juga dengan kalimat sentilan, keindahan melaksanakan ajaran Islam, dan sebagainya. Intensitas dalam mempublikasikannya menurut saya juga perlu untuk diperhatikan. Jangan terlalu sering hingga tulisan kita selau ada setiap saat. Hal ini dapat menimbulkan kebosanan bagi pembacanya sehingga mereka malas jika melihat tulisan kita lagi dan melewatkannya begitu saja.

Bila sudah melakukan hal-hal tersebut di atas dan tambahan lainnya yang belum saya tuliskan namun hasilnya tetap tidak seperti yang kita harapkan, jangan berkecil hati. Kita hanya bisa berusaha, sedangkan hasilnya ada pada Allah semata. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, tak terkecuali sebagai pengingat pada diri saya sendiri.

Wallahu A’lam Bishawab 

 

     Gambar

 
Leave a comment

Posted by on May 5, 2013 in Uncategorized