RSS

Untuk Habib Mundzir yang Lembut Hatinya

16 Sep

Bulan Ramadhan di tahun 2011–kalau tidak salah–saya baru mendengar nama Habib Munzir Almusawa. Suatu hari saya terheran-heran ketika menonton program Damai Indonesiaku. Setiap Habib ini menjadi pembicara, jamaah yang datang sangat banyak dan kebanyakan dari mereka mengenakan jaket bertuliskan ‘Majelis Rasulullah (MR)’. Hal ini terjadi di beberapa episode. Siapakah Habib ini? Mengapa beliau dicintai banyak orang?
Image

Kemudian, di suatu episode di program tersebut, ditayangkan prosesi saat beliau menuntun seseorang untuk mengucapkan syahadat. Setelah selesai, beliau mengajak berdzikir semua jamaahnya dengan dzikir yang khas: “Ya Allah… Ya Allah.. Ya Allah..” Siapakah Habib ini?

Saya pun memutuskan untuk googling, memasukkan kata kunci MR, dan masuk ke dalam webnya di http://www.majelisrasulullah.org. Saya coba membaca tulisan2 beliau melalu forum tanya jawab dan semakin lama saya semakin menyukainya. Banyak pertanyaan di kepala saya yang kemudian terjawab dari web tersebut. Saya yang hampir saja berubah menjadi ‘kaku’, kemudian paham bahwa saat itu sepertinya saya mengalami ‘pubertas religi’. Habib Munzir mengajarkan banyak hal. Amat banyak. Beliau selalu mengedepankan kelembutan, tidak pernah mencaci maki, dan berusaha menyampaikan ilmu dengan sebaik-baiknya meskipun kondisi beliau sering sakit.

Saya tidak pernah menghadiri majelis beliau yang seringkali dilaksanakan di malam hari. Hingga pada suatu waktu, saya mendapat kabar bahwa MR akan diselenggarakan di dekat kampus saya. Untuk pertama kalinya saya datang kesana. Masya Allah, begitu tentramnya disana, begitu ramainya, begitu antusias masyarakat mengikutinya. Sayangnya, Habib Mundzir berhalangan hadir dikarenakan sakit. Gagal berjumpa dengan beliau, saya pun berdoa kepada Allah agar suatu saat dapat berjumpa dengan beliau. Saya sangat ingin menjumpainya.

Pada tanggal 24 Januari 2013 pagi, saya hadir dalam peringatan Maulid Nabi di Monas. Saya sangat takjub karena akhirnya saya dapat langsung hadir ke majelis beliau di Monas yang pasti akan dipadati oleh masyarakat. Banyak pula jamaah yang datang dari luar provinsi dengan rombongan bis. Acara pagi itu begitu syahdu ditambah guyuran hujan yang tiba2 turun namun dapat berhenti tak lama kemudian. Saya merasa sangat damai ketika Habib Mundzir berkata “Mari kita doakan Bapak kita…” yang ditujukan kepada Presiden SBY yang turut hadir dalam acara tersebut. Dikala saya sering mendengar seruan dari pihak2 tertentu untuk melawan pemerintah yang merupakan taghut, Habib Mundzir berlaku sebaliknya. Beliau menyapa presiden, ulama, tokoh, dan jamaah yang hadir dengan penuh kasih sayang.

Seusai acara, cukup banyak jamaah yang berlarian ke suatu sisi. Saya yang merasa penasaran pun ikut berlari kesana sambil bertanya2, akan ada apa ini? Ternyata, mobil yang ditumpangi Habib Mundzir melintas disana. Beliau melambaikan tangan sambil tersenyum begitu tulus pada para jamaah. Saya yang berdiri hanya dengan jarak sekitar 2-3 meter dari mobil tersebut dapat melihat muka beliau bercahaya dan saya pun sontak menangis tersedu. Entah rasa apa ini. Saat itu saya bergumam dalam hati, “Mungkin itu tadi wajah calon penghuni surga. Penghuni surga yang mungkin akan bersanding dengan Rasulullah dan berjumpa dengan Allah.”
Allah telah mengabulkan doa saya untuk dapat bertemu dengan Habib Mundzir. Mungkin banyak jamaah yang telah lama mengenal beliau dan sangat mencintai beliau tapi belum pernah sekalipun berjumpa dengannya. Sedangkan saya? Saya yang hanya anak pupuk bawang ini diberi kesempatan oleh Allah untuk  berjumpa dengan Habib Mundzir.

Saya ingin bertemu lagi. Saya ingin belajar banyak dari beliau secara langsung. Saat itu saya berharap mendapat penempatan kerja di pusat sehingga suatu hari nanti saya dan keluarga dapat selalu bersama-sama menghadiri majelis beliau.
Image

15 September 2013, berita itu pun datang. Habib Mundzir telah wafat. Saya belum sempat berjumpa lagi dengannya. Masya Allah, kesedihan itu dirasakan oleh banyak umat. Maaf Habibana, saya tidak bisa mengantar Habibana ke peristirahatan terakhir. Semoga Habibana mendapat kebahagiaan yang tiada putus2nya disana.

Semoga Allah mengampuni dosa2 dan menerima amal sholih Habibana.
Semoga Allah mengabulkan doa saya untuk berjumpa dengan Habibana kelak di dalam Jannah, bersama dengan Rasulullah, dan berjumpa dengan Allah.

Aamin.

Image

website : http://www.majelisrasulullah.org
Rekomendasi buku : Kenalilah Akidahmu — dapat didownload di web tersebut

 
2 Comments

Posted by on September 16, 2013 in Uncategorized

 

2 responses to “Untuk Habib Mundzir yang Lembut Hatinya

  1. umams

    March 3, 2014 at 1:20 am

    “Saya yang hampir saja berubah menjadi ‘kaku’, kemudian paham bahwa saat itu sepertinya saya mengalami ‘pubertas religi’”

    Selamat menikmati. Semakin berwarna-warni corak islam yang masuk, kita akan semakin memahami mana yang menyentuh hati. Membuat semakin bijak.

    Setiap senin malam selasa pukul 8 s.d. 10 malam ada majelis ilmu MR di pancoran. Lebih terasa nuansa keilmuan, cinta rasul dan ketauhidan. Layak.

     
    • dianizzulhaq

      March 9, 2014 at 9:44 am

      Iya, alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk mengenal majelis ini. Semoga nanti saya berkesempatan untuk menghadirinya bersama keluarga. Jazakallahu khoir.

       

Leave a comment